Monday, December 28, 2009

Pemberontakan Tika

Anda harus dapat menemukan beberapa fakta yang sangat diperlukan sekitar latest cheat dalam paragraf berikut. Jika ada sedikitnya satu fakta yang tidak Anda ketahui sebelumnya, bayangkan perbedaan itu bisa membuat.

Minggu, 27 Desember 2009 | 11:49 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Boleh dikata, tak banyak penyanyi cewek seksi yang berani memilih jalur independen atawa indie. Satu di antara yang sedikit memilih jalur musik tak komersial itu adalah Tika. Nama lengkapnya Kartika Jahja.

Empat tahun lalu, lewat album solo perdananya, Frozen Love Songs, yang dikemas ulang dengan judul Defrosted Love Songs, Tika muncul mengusung musik gelap dan dingin. Kemunculan album yang lirik dan musiknya digarap sendiri oleh Tika itu seolah menjadi simbol perlawanan di tengah ingar-bingar musik berita indonesia terbaru yang cenderung seragam.

Hanya, setelah merilis album yang menyedot perhatian para kritikus musik Tanah Air itu, tiba-tiba Tika menghilang. Pada Juli lalu, biduanita kelahiran Jakarta, 19 Desember 1980, ini kembali muncul dengan album barunya, The Headless Songstress. Dan ia tak sendirian, melainkan bersama band yang dibidaninya, The Dissidents, yang beranggotakan Susan Agiwitanto (bas), Luky Annash (piano), dan Okky Rahman Oktavian (drum).

Kemunculan Tika bersama The Dissidents juga mencuri perhatian para kritikus musik. Boleh dibilang Tika melakukan sebuah lompatan. Di album sebelumnya, lirik-liriknya terkesan tua, dingin, dan galau. Musiknya didominasi unsur jazz dan pop. Di album barunya, genre yang dibawakan tak ada yang dominan. Musiknya lebih karya warna, mulai unsur jazz, rock, blues, tango, hingga waltz.

Bersama The Dissidents, Tika lebih banyak membawakan lirik kritik sosial yang tajam. Tika mengkritik pembantaian intelektualitas oleh industri televisi, fenomena selebritas karbitan, dan diskriminasi terhadap kaum homoseksual. Salah satu lagunya, Mayday, yang bercerita tentang nasib buruh, dijadikan lagu resmi sebuah serikat pekerja pada peringatan Hari Buruh Sedunia di Detroit, Amerika Serikat, pada 1 Mei lalu. "Orang mengkritik tidak harus dengan mengepalkan tangan," kata Tika saat berbincang dengan Tempo pada Selasa lalu.

Ihwal lirik lagunya yang kental kritik sosial, menurut Tika, terinspirasi oleh pelbagai fenomena masyarakat dan aneka bacaan yang dilahapnya. Salah satu yang paling menarik Tika adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, yang berkisah tentang penari ronggeng bernama Srintil yang hidupnya sangat tragis.

Meski lirik-lirik lagunya dituduh terlalu liberal, Tika terus melangkah. Darah seni yang mengalir dari neneknya, penyanyi sopran Pranawengrum Katamsi (almarhumah), terus bergejolak. Keponakan sopranos Aning Katamsi ini mulai terjun ke dunia musik dengan menjadi backing vocalist band Jingga.

Tika baru benar-benar mendalami musik ketika ia belajar di LaSalle College dan Art Institute of Seattle, Amerika Serikat, pada 1999-2004. Di sana ia bertemu dengan komunitas indie, lalu membentuk band The Rhea Sisters Project, yang kemudian berubah nama menjadi Yoko Phono. Tak hanya menyanyi, Tika juga aktif menciptakan lagu.

Sepertinya informasi baru ditemukan tentang sesuatu setiap hari. Topik dan kata kunci% dari% tidak terkecuali. Jauhkan membaca lebih segar untuk mendapatkan berita tentang latest cheat.

Sayang, band yang baru mengeluarkan satu album ini hanya bertahan setahun. Tika kemudian memutuskan pulang ke Jakarta, meninggalkan kuliahnya. "Saya merasa sudah cukup menimba ilmu," ujar cewek seksi berambut ikal dan berkacamata tebal ini.

Di Jakarta, Tika mulai meniti kariernya sebagai backing vocal di beberapa band indie, antara lain The Brandals, Sore, Ruang Hampa, The Jonis, dan Opustre Big Band. Dari interaksinya dengan komunitas indie itulah talenta musiknya kian terasah. Hingga akhirnya Tika merilis album sendiri.

Sejak itu, nama Tika mulai dikenal di belantika musik Indonesia, terutama di ranah indie. Dan namanya kian melejit setelah merilis The Headless Songstress bersama The Dissidents. Selain menjadi pembicaraan para kritikus musik, profil Tika dan grupnya menghiasi sejumlah majalah, koran, dan media online.

Majalah musik TRAX Magazine memasukkan album Tika and The Dissidents dalam 10 besar album lokal terbaik 2009. Album tersebut juga masuk Best Album Majalah HAI. Yang jelas, angka penjualannya terus meningkat. Hingga Desember ini, penjualan album The Headless Songstress mencapai sekitar 4.000 kopi--angka tertinggi ketimbang album sebelumnya, yang hanya sekitar 1.000 kopi.

Yang menarik adalah kemasan album tersebut. The Headless Songstress dibalut seperti dompet berbahan kain. Saat pertama dirilis, dompet itu bercorak bunga-bunga (floral). Dan, mulai Oktober lalu, coraknya diganti kotak-kotak. Di sampul album tertera gambar seorang bidadari tanpa kepala dengan tangan memegang pengeras suara sebagai lambang grup musiknya. Menurut Tika, simbol tersebut melambangkan grupnya yang lebih mengutamakan kualitas musik ketimbang tampang.

Proses kreatif, seperti dalam membuat sampul album tersebut, tutur Tika, takkan didapatkannya bila ia menggandeng perusahaan rekaman komersial. Inilah salah satu yang membuat Tika tetap bertahan di jalur indie. Ia tak harus didikte mengikuti selera pasar, yang bisa memangkas kreativitas dan idealismenya. "Saya tak mau melacurkan musik hanya karena ingin kaya," kata Tika, yang bersama grupnya pada Mei lalu mendirikan perusahaan rekaman sendiri, The Head Quarters.

Untuk sementara The Head, yang berkantor di Jalan Benda Raya, Kemang, Jakarta Selatan, masih berfokus memproduksi dan promosi album Tika and The Dissident. Meski begitu, Tika memendam sebuah obsesi: perusahaan rekamannya dapat memproduksi album-album penyanyi atau band indie lain, terutama penyanyi indie perempuan. "Mereka belum beruntung, mungkin karena tak punya wajah atau body," ujarnya.

    BIODATA:
    Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 19 Desember 1980
    Ayah: Erwin Jahja
    Ibu: Aning Jahja
    Makanan favorit: tempe mendoan
    Hobi: obyek-obyek <I>vintage<I>, toko-toko baju/tekstil, <I>crafting<I>, dan menulis
    Pendidikan:
    - SD Bhakti Mulya 400, Jakarta
    - SMP Pangudi Luhur, Jakarta
    - SMA Tarakanita I, Jakarta
    - LaSalle College dan Art Institute of Seattle, Amerika Serikat (tidak tamat)

 

IKA NINGTYAS
 

Jadi sekarang Anda tahu sedikit tentang latest cheat. Bahkan jika Anda tidak tahu segalanya, Anda telah melakukan sesuatu yang berharga: Anda telah memperluas pengetahuan Anda.

No comments:

Post a Comment