Kathmandu, (tvOne) Helikopter kembali naik ke gunung Everest setelah seminggu berada di lereng gunung tertinggi di dunia itu mungkin menjadi kabar gembira bagi pendaki, meski mereka mengalami penambahan waktu bermalam tak terjadwal di daerah terpencil di Nepal. Sekitar 2.000 wisatawan asing dan juru bawa mereka terjebak lima hari di desa kecil di ketinggian 2.800 meter di atas lereng satu bukit dekat gunung Everest akibat cuaca buruk dan helikopter tentara Nepal baru dapat terbang menyelamatkan pelancong terdampar itu pada Jumat. Mereka terjebak di Lukia, pintu masuk ke gunung Everest di Nepal timur setelah awan tebal dan angin kencang memaksa perusahaan penerbangan membatalkan penerbangan dari dan menuju wilayah terpencil tersebut, kata pejabat pada Jumat. Puluhan ribu pendaki mendatangi wilayah Solukhumbu di Nepal timur, persinggahan bagi yang pergi ke Everest, tiap tahun. Banyak dari mereka memulai perjalanan dari desa berangin Lukla, tempat lapangan terbang kecil dibuat di pegunungan terjal. Knowledge can give you a real advantage. To make sure you're fully informed about mobil keluarga ideal terbaik indonesia, keep reading.
Pejabat cuaca di Kathmandu mengatakan wilayah tersebut dipandang sebagai wilayah "dengan awan rendah dan angin kencang" dalam tiga hingga lima hari belakangan, membuat penerbangan dengan pesawat kecil bersayap tetap sulit dan berisiko. "Penerbangan dengan helikopter pribadi tidak memadai dan biayanya di atas kemampuan pendaki," kata Mahendra Singh Thapa, pejabat toinggi Perhimpunan Badan Pendaki Nepal. Bikram Neupane, kepala Perhimpunan Penyelamat Himalaya Nepal mengatakan bahwa semua pendaki aman dan tidak dalam bahaya. "Mereka tidak mendapat penerbangan pulang ke Kathmandu, karena cuaca buruk," kata Neupane kepada Reuters. Pada musim gugur, yang bertambah panjang dari September ke November, disukai petualang Barat di Nepal, yang memperoleh hampir empat persen dari produk domestik bruto dari pariwisata.
Pejabat cuaca di Kathmandu mengatakan wilayah tersebut dipandang sebagai wilayah "dengan awan rendah dan angin kencang" dalam tiga hingga lima hari belakangan, membuat penerbangan dengan pesawat kecil bersayap tetap sulit dan berisiko. "Penerbangan dengan helikopter pribadi tidak memadai dan biayanya di atas kemampuan pendaki," kata Mahendra Singh Thapa, pejabat toinggi Perhimpunan Badan Pendaki Nepal. Bikram Neupane, kepala Perhimpunan Penyelamat Himalaya Nepal mengatakan bahwa semua pendaki aman dan tidak dalam bahaya. "Mereka tidak mendapat penerbangan pulang ke Kathmandu, karena cuaca buruk," kata Neupane kepada Reuters. Pada musim gugur, yang bertambah panjang dari September ke November, disukai petualang Barat di Nepal, yang memperoleh hampir empat persen dari produk domestik bruto dari pariwisata.
No comments:
Post a Comment