Saturday, February 19, 2011

Sri Kaget Penelitiannya Soal Susu Formula Bakteri Bikin Gempar

In today's world, it seems that almost any topic is open for debate. While I was gathering facts for this article, I was quite surprised to find some of the issues I thought were settled are actually still being openly discussed.
Bogor, (tvOne) 

Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Sri Estuningsih, mengaku bahwa tidak mengira penelitiannya terkait bakteri E. Sakazakii dalam susu formula ternyata menjadi polemik.
Terlebih setelah adanya keputusan Mahkamah Agung (MA) yang memerintahkan pihak IPB harus mengungkapkan merek-merek produk yang menjadi sampel penelitiannya tersebut.
"Terus terang saya tidak membayangkan akan ada perkembangan seperti ini. Sebagai peneliti saya lurus-lurus saja, saya sementara ini hanya memantau apa yang sedang bergulir," kata Estuningsih ketika ditemui Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jumat (18/2).

"Sebagai manusia biasa, saya juga ada perasaan sedih. Kenapa kita mau berbuat baik susah sekali. Dari awal keinginan saya adalah ingin menyampaikan yang baik melalui sisi keahlian saya, meski sekecil apa pun," kata pakar patologi dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB tersebut.

Sebagai peneliti, Estuningsih juga merasa sudah menjalani prosedur yang seharusnya. Termasuk dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitianya melalui jurnal-jurnal ilmiah, dan melakukan presentasi dalam forum-forum internasional. Sebagai bentuk pertanggung jawaban moral kepada masyarakat, ia juga sudah menyampaikan hasil temuannya itu kepada perusahaan terkait agar produsen susu tersebut dalam melakukan perbaikan produknya.

Is everything making sense so far? If not, I'm sure that with just a little more reading, all the facts will fall into place.

Estuningsih menceritakan, bahwa pada awalnya penelitianya di tahun 2003 sebenarnya bukan untuk mencari bakteri E.Sakazakii yang berbahaya bagi manusia tersebut, namun ingin melihat kualitas mikrobiologi seperti apa yang ada di makanan, dan sudah seberapa bagus produk makanan yang ada di Indonesia. Dalam perjalanan penelitiannya itulah kemudian ia menemukan banyak bakteri E Sakazakii dan hal tersebut cukup menarik perhatian. "Waktu itu bakteri Sakazakii belum begitu familiar dalam bidang kami, jadi kami pun membuka-buka jurnal dan situs-situs, ternyata memang menarik, karena di luar negeri terutama di AS, sejak tahun 1980-an sudah ramai orang melakukan penelitian mengenai sakazakii karena bakteri itu bisa menyebabkan radang otak serta radang usus," katanya.

Sebagian besar laporan kasus yang umumnya ditulis oleh kesehatan anak. Mereka melaporkan bahwa kejadiannya umumnya terhadap anak yang masuk dalam di Neonatal Intensive Care Unit -- semacam IGD, untuk bayi yang baru lahir.

Dari laporan peneliti luar negeri itu kemudian disimpulkan bahwa bakteri sakazakii dapat menjangkit bayi yang memiliki kondisi tertentu, seperti yang usianya belum satu bulan, lahir prematur, berat badan rendah di bawah 2,5 kg, bayi yang sistem pertahanan tubuhnya lemah, dan bayi yang ibunya mengidap HIV. "Dari situlah saya melihat bahwa bakteri sakazakii ini berbahaya dan akan lebih berbahaya jika dia ada di dalam susu formula, karena kontaknya dengan bayi pada awal umur," kata Estuningsih yang pada tahun 2001 meraih gelar Doktor bidang patologi dan mikrobiologi di IPB.

Melihat pentingnya masalah ini, ia pun melakukan penelitian tentang sakazakii secara serius, dan membawa sampel-sampel ke Jerman untuk diteliti. Serangkaian percobaan pun dilakukan, dengan menggunakan mencit (tikus) sebagai hewan percobaan. "Saya melakukan penelitian dengan penuh tanggung jawab, bukan sembunyi-sembunyi. Dananya pun dana resmi," ungkapnya.

Hopefully the sections above have contributed to your understanding of mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Share your new understanding about mobil keluarga ideal terbaik indonesia with others. They'll thank you for it.

No comments:

Post a Comment